Jumat, 07 Februari 2014

Drama Lingkungan

Pemeliharaan Alam Lingkungan Hidup

Suatu hari di sekolah Rina, seorang guru menyuruh muridnya untuk berkelompok masing-masing empat orang untuk melihat dan mengamati lingkungan yang ada di suatu tempat, dan Rina segera membentuk kelompok dengan temannya. Rina dan kelompoknya bertugas untuk mengamati hutan yang ada disamping sekolahnya.

Rina : Santi, kita berkelompok dengan siapa saja ?
Santi : Kita berempat berkelompok dengan Reni dan Siti.
Rina : Mari kita bagi tugas. Aku dan Santi mengamati tanaman dan pohon-pohon, sedangkan kalian berdua bertugas untuk mengamati kebersihan sekitar lingkungan hutan. Kalian setuju?
Reni, Siti : Ya, Setuju
Santi : Tugas kita berempat adalah mengingatkan warga masyarakat sekitar untuk menjaga hutan agar tetap hijau, dan tidak boleh sampai ditebang, dibakar, ataupun dijadikan sebagai tempat akhir pembuangan sampah.
Reni : Ya, jika kita melihat warga ada yang melakukan tindak kejahatan terhadap alam, kita harus mencegahnya.
Siti, Rina : Ya, Setuju, Setuju !!!
Bel akhir pelajaran pun berdering, tiba saat siswa siswi pulang ke rumah. Akan tetapi, kelompok Rina sepakat untuk tidak pulang terlebih dahulu, melainkan berdiskusi tentang tugas pemeliharaan alam. Rina mulai membicarakannya.
Rina : Kita sepakat untuk mengamati hutan, kapan kita akan pergi bersama kesana?
Siti : Aku setuju kalau hari Minggu, sebab hari-hari lain masih ada jadwal les dan sebagainya.
Reni : Aku juga sepakat hari Minggu, karena aku tidak perlu membuang waktu untuk belajar buat ulangan.
Rina : Berarti kita setuju hari minggu. Bagaimana dengan kamu, Santi, apakah bisa hari Minggu ?
Santi : Ya, aku bisanya cuma hari Minggu saja.
Rina : Kita akan pergi ke hutan pada hari Minggu, pagi hari. Kita akan melakukan pengamatan seharian.
Siti : Ayo, kita pulang ke rumah masing-masing.
Rina, Santi, Reni : Ya, ayo. Selamat berjumpa lagi.
Pada akhirnya, Hari Minggu telah tiba. Siti, Reni, dan Santi berkumpul di rumah Rina pada pagi hari. Mereka mempersiapkan barang seperti penunjuk arah (kompas), senter, dan makanan serta minuman. Mereka berangkat ke hutan dengan jalan kaki sejauh kurang lebih 1 km. 1 jam dalam perjalanan, akhirnya mereka berempat tiba di kawasan hutan.
Rina : Inilah hutan yang kita akan amati.
Siti : Iya, hutannya cukup luas. Ayo, kita telusuri sampai dalam !
Reni : Tampaknya hutan ini menyeramkan.
Santi : Kita harus berani. Pantang menyerah.
Belum lama masuk ke hutan, tiba-tiba suara gruduk-gruduk, klonteng-klonteng pun terdengar keras. Bau busuk mulai tercium. Mereka segera menutup hidung, kemudian berlari ke arah suara. Ternyata, setelah terlihat, ada sebuah truk membuang sampah bekas bangkai, sisa makanan dan kaleng-kaleng di hutan yang hijau itu. Burung-burungpun ketakutan dan beterbangan. Santi pun segera menghampiri kepada orang yang membuang sampah, yaitu sopir truk.
Santi : Mohon jangan buang sampah disini, disini tempat tumbuh tanaman yang menyediakan udara.
Sopir truk : Saya biasa membuang sampah disini, dan tidak ada yang melarang karena hutan ini tiada yang punya.
Reni : (Agak kesal) Tapi ini kan tempatnya binatang dan tumbuhan hidup, serta hutan utama yang dapat menghasilkan udara untuk digunakan bernafas, apakah bapak belum sadar ?
Sopir Truk : Toh, hutan ini tidak ada yang memprotes, tak ada pemilik, lagipula makhluk hidup akan berpindah ke tempat yang lain. Masih banyak tempat yang lain, untuk didiami makhluk hidup. Jaman sekarang, di kota tempat pembuangan akhir telah penuh, makanya kubuang di sini.
Siti : Tapi ini kan tidak memperhatikan dampak dampaknya nanti.
Sopir Truk : (Marah) Sudah ! Kalian tak ada guna kesini, lebih baik kalian pulang saja, tak ada hubungannya dengan hutan, nanti kalian dicari orang tuamu.
(Sekejap menjadi Sunyi, Sopir truk segera masuk kedalam dan menyalakan mesin, dan pergi)
Siti : (Berteriak) Dasar orang tak bertanggung jawab!
Santi : Sudah, jangan marah. Lebih baik kita waspada terhadap orang, dan kita ciptakan lingkungan yang bersih dan indah melalui sebuah cara bersosialisasi kepada masyarakat melalui internet dan tulisan poster.
Reni : Mari kita tinggal ke tempat lain.
Rina : Kita bersihkan sampah ini, kita suruh orang lain untuk membuang ditempat lainnya.
(Rina menyuruh orang, dan membayarnya)
Reni : Nah, sekarang sudah bersih. Kita akan melakukan pengamatan di lain tempat.
Rina, Santi : Ayo, kita jalan !
Hari pun siang, mereka lelah, dan mereka mulai mengeluarkan bekal makan siangnya masing-masing dan makan. Pada saat makan, ada sekelompok orang lain yang membicarakan tentang hutan ini. Santi mendengar bahwa hutan ini akan di beli dan akan dijadikan pertokoan yang mewah dan apartemen 5 tingkat. Rina dan kawannya segera menyelesaikan makan siangnya dan segera menuju tempat segerombolan orang itu (Pembeli Hutan).
Rina : Sebaiknya bapak membatalkan rencana membangun apartemen disini, karena wilayah kita semakin hari semakin panas akibat banyaknya bangunan yang dibangun dari wilayah hutan, dan kita sering kebanjiran disini.
Santi : Anda boleh saja membeli hutan ini, akan tetapi saran saya jangan dibuat bangunan, saya setuju kalau dibuat tetap hutan saja, agar suplai udara untuk kita bernafas tetap ada.
Pembeli Hutan : (Bingung) Sebenarnya anda ini siapa? Anda ini buat apa mengurusi hutan?
Reni : Kami adalah pengamat antara manusia dengan alam, dan kami ditugaskan untuk mengamati hutan agar tetap dijaga kelestariannya.
Siti : Hutan ini tempat binatang untuk tinggal, sehingga kemungkinan jika hutan ini menjadi bangunan, binatang-binatang itu berpindah ke pemukiman warga.
Pembeli Hutan : (Terpengaruh oleh perkataan Siti) Iya, benar juga ya. Sekarang aku sadar bahwa penghasil udara terbesar di hutan ini, hutan ini merupakan tempat tinggal hewan, dan hutan ini pencegah banjir.
Rani : Bagaimana, apakah rencana bapak dibatalkan?
Pembeli Hutan : Ya, kami batalkan saja. Kami mohon maaf jika saat ini kami akan menghilangkan sumber resapan air, yaitu hutan. Kami sadar sekarang.
Reni : Hutan ini apakah sudah bapak beli? Berapakah Luasnya ?
Pembeli Hutan : Sudah, luasnya sekitar 10 hektar.
Santi : Mau dijadikan apa hutan seluas ini ?
Pembeli Hutan : Akan kami jadikan hutan lindung saja, kami akan konfirmasi dengan pemerintah setempat, dan kami akan membuat undang-undang tentang hutan ini, bila ada yang merusak atau menebang atau mengotori wilayah hutan akan mendapatkan sanksi hukum.
Siti : Betul ! Jika ada yang mengotori hutan harus di hukum!
Pada Akhirnya, mereka dan pembeli hutan berbincang-bincang dan memutuskan untuk menuju ke pemerintah tepatnya bagian departemen kehutanan yang jaraknya dekat dari hutan itu, untuk dijadikan hutan lindung. Akhirnya hari itu juga langsung mendapatkan izin menjadikan sebagai hutan lindung pada hari itu, dan mereka sangat bergembira.
Pembeli Hutan : Terima kasih untuk mengingatkan saya sahingga saya sadar sekarang.
Rina, Santi : Terima kasih kembali pak.
Siti, Reni : Sama-sama pak.
Pembeli Hutan : Saya tinggal dulu ya
Siti, Reni, Santi, Rina : Iya, pak.
Hari itu, Rina dan kawan-kawannya merasa lelah dan bahagia. Tak terasa langitpun senja. Matahari muncul di arah barat. Semuanya kembali berkumpul dan pergi ke rumah Rina.
Siti : Ayo, kita jalan !
Reni : Ayo, kita kumpul lagi di rumah Rina.
Tak terasa, 1 jam kemudian datanglah mereka ke rumah Rina dan masuk ke ruang kamar Rina.
Santi : (Sambil melihat kalender) Lho, Reni, besok kan hari libur nasional ya?
Reni : Oh, iya, sampai aku lupa, kalau besok ada hari libur.
Siti : Bagaimana ya, kalau besok mengamati hutan lagi?
Rina : Iya, aku setuju. Sekarang hutan itu jadi hutan lindung, jadi kalau ada orang yang mengotori hutan itu, maka orang itu harus dihukum.
Santi, Siti : Setuju, Setuju !!!
Santi, Reni, Siti : Ayo, kita pulang.
Rina : Jangan tidur malam-malam, istirahatlah yang banyak agar rasa lelah hari ini dapat hilang. Besok kita kumpul lagi di sini pukul enam pagi.
Santi : Ya, aku akan makan banyak dan istirahat yang cukup.
Reni, Siti, Santi : Sampai jumpa besok !
Reni, Siti, Santi segera pulang ke rumah masing-masing. Mereka segera untuk beristirahat dan mempersiapkan peralatan yang dibawanya besok. Mereka tidur jam 8 malam dan bangun pada pukul 5 keesokan harinya. Setelah bangun, mereka sarapan dan pada pukul setengah enam pagi mereka berangkat ke rumah Rina, dan akhirnya tepat pukul enam mereka semua berkumpul di rumah Rina.
Rina : Bagaimana, persiapan apakah sudah selesai? Bekal-bekal makanan, minuman, jam, kompas, alat komunikasi kalian apakah sudah dibawa?
Santi : Siap, semuanya sudah kubawa.
Siti : Aku sudah siap. Bagaimana dengan kamu, Reni ?
Reni : Aku juga sudah siap !
Rina : Mari kita berangkat !
Rina dan kawan-kawannya mulai berangkat dari rumah pada pukul enam lebih lima menit, lalu mereka berjalan kaki kembali ke hutan dan satu jam lagi, mereka datang di hutan itu. Mereka masuk ke dalam hutan dan ditemuinya pembeli hutan yang kemarin.
Rina, Siti : Selamat pagi, Pak!
Pembeli Hutan : Oh, kalian yang kemarin ya? Ini kami lagi memasang plat berisi peraturan hutan lindung.
Santi : Apa peraturannya pak ?
Pembeli Hutan : Ini saya bacakan ya, yang pertama adalah dilarang menebang pohon di hutan ini dengan alasan apapun. Yang kedua, dilarang merusak atau membakar seisi hutan ini, Yang ketiga dilarang membuang sampah bersifat padat atau cair baik itu berbentuk sampah organik maupun sampah non organik. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan hukum dan undang-undang Departemen Kehutanan.
Reni : Oh ya, kemarin saya lupa bercerita kepada bapak. Kemarin kami menemui ada orang yang membuang sampah sampah busuk di hutan ini. Tempat ini dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir.
Siti : Betul, kemarin ketika kami menasehati orang itu agar jangan buang sampah di sini, tetapi orang itu marah-marah dan meninggalkan tempat ini. Kami memanggil orang lain untuk membuang sampah dari hutan ini dan kami membayarnya.
Rina : Kami mencegahnya lalu si pembuang sampah mengatakan “Toh, hutan ini tidak ada yang memprotes, tak ada pemilik. Binatang akan berpindah ke tempat yang lain. Masih banyak tempat yang lain, untuk didiami makhluk hidup. Jaman sekarang, di kota tempat pembuangan akhir telah penuh, makanya kubuang di sini”.
Pembeli hutan : Iya, sekarang hutan ini telah dilindungi oleh hukum dan tidak ada yang berani untuk mengotori hutan ini, karena hutan ini menghasilkan udara untuk kita bernafas. Jangan sampai hutan ini penuh sampah dan makhluk hidup di sini banyak yang mati.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara seperti kemarin, grodok-grodok dan klontang- klontang, Santi menebak bahwa itu pembuang sampah sopir truk yang kemarin pagi.
Santi : Ayo, kita periksa.
Pembeli Hutan : Iya, ayo kita bergegas !
Siti : Ternyata, itu orang yang kemarin ! Dia membuang sampah di sini lagi.
Pembeli hutan : Hai, anda telah mengotori hutan ini lagi. Kemarin kau juga mengotori hutan ini. Anak-anak ini sebagai pengamat hutan ini.
Sopir Truk : Hutan ini tanpa pemilik. Hutan ini luas, dan sampah yang kubuang tidak lebih dari seperempatnya.
Pembeli Hutan : Kini hutan ini jadi milikku. Aku kemarin sudah membelinya, dan semula akan kubangun apartemen yang mewah, tetapi anak-anak ini yang memberitahuku bahwa janganlah membangun apartemen, karena sumber resapan dibumi ini makin berkurang dan jika pohon ini ditebang, maka sumber penghasil udara akan hilang. Termasuk sampah anda. Sampah anda mencemari kawasan hutan lindung, yang menyebabkan makhluk hidup disekitarnya dapat mati karena udara dan tanah disini tercemar oleh karena sampah anda.
Sopir Truk : Di kawasan kota tiada lagi tempat untuk membuang sampah, karena banyak gedung.
Pembeli Hutan : Sampah dapat dimusnahkan dengan cara dimanfaatkan lagi, atau dibakar di ruang pembakaran, ataupun dibuang di tempat khusus atau dinetralkan supaya tak mencemari lingkungan. Jadi, mulai hari ini jangan membuang sampah disini lagi. Apakah anda sudah paham?
Sopir Truk : (Terpengaruh) Iya, paham.
Santi : Kalau anda membuang sampah lagi di hutan lindung ini, anda dapat kena hukum!
Sopir Truk : Baiklah. Mulai hari ini aku terapkan cara pemilik hutan ini. Maafkan aku telah mengotori hutan ini. Aku akan kembalikan sampah-sampah ini. Aku akan bersihkan.
Siti : Nah, sekarang sudah bersih.
Sopir Truk : Maaf, aku kemarin telah memarahi kalian, dan membuat kalian membersihkan sampah-sampah ini.
Rina : Tidak apa-apa kok.
Pembeli Hutan : Jika anda melanggar lagi, anda dapat kena sanksi. Anda tidak memikirkan dampak sebelumnya. Jika anda membuat kekotoran di sini, hewan juga akan terganggu, dan dapat pula berpindah ke permukiman warga, yang dapat mengganggu warga.
Sopir Truk : Aku paham. Terima kasih atas sarannya. Aku akan pulang saja.
Rina, Siti : Iya, hati-hati di jalan.
Setelah itu, sopir truk pulang meninggalkan tempat dan Rini, Santi, Siti dan Reni mengikuti Pembeli Hutan berjalan-jalan di dalam hutan untuk melihat keadaan hutan, sambil bercerita.
Siti : Susahnya mengingatkan orang agar menjaga kelestarian alam kita.
Pembeli Hutan : Betul juga, karena orang tadi sulit untuk mempercayai kita, maka diperlukan kesadaran orang tersebut agar mau mempercayai kita.
Santi : Untung, orang itu dapat percaya kepada kita setelah berbincang-bincang dan menyebutkan alasan satu-satu, dan apa peranan hutan sebenarnya.
Siang haripun tiba dan seperti biasa, Santi, Siti, Rina, Reni menyantap makan siang, lalu sedikit menjelajah hutan lindung itu. Rina bersama kawannya mengamati tumbuhan di daerah hutan itu. Juga berbincang-bincang pula dengan pembeli hutan.
Rina : Bagaimana, hari ini cukup lelah dan seru kan ?
Reni : Ya, betul. Tugas kita terselesaikan, mengamati lingkungan alam serta mengingatkan warga masyarakat sekitar akan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia.
Pembeli Hutan : Kita telah berhasil mengamankan hutan dari segala kerusakannya. Bukan kami saja, melainkan anda sebagai pelajar atau siswa yang juga mengingatkan kami akan pentingnya hutan sehingga kami dapat sadar. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Rina : Ini bukan apa-apa, melainkan tugas dari guru kami. Saya juga berterima kasih kepada guru pembimbing kami dan teman-teman yang juga mendukung saya untuk mengingatkan warga masyarakat sekitar.
Reni : Terima kasih juga kepada bapak, karena dapat langsung mempercayai perkataan kami, tidak seperti halnya sopir truk yang membuang sampah di sini tadi pagi, itu tidak langsung percaya pada perkataan kami, dan menanggapinya dengan reaksi marah-marah.
Pembeli Hutan : Iya, sama-sama. Kami langsung mempercayai anda karena baru pertama kali ada anak seusia kalian yang dapat mengingatkan warga masyarakat.
Siti : Lihat, langit mulai memerah tanda sore telah tiba. Saya mengucap terima kasih kepada bapak. Kami sekarang mau pulang, karena sudah sore.
Pembeli Hutan : Ya, sama-sama. Kami juga mau pulang. Cukup sampai di sini perjumpaan kita. Selamat tinggal.
Siti, Reni, Santi, Rina : Selamat tinggal !
Mereka pun telah berpisah dan mereka merasakan lelah. Mereka mendapatkan pengalaman baru, berupa hubungan antara manusia dengan alam haruslah dijaga dengan erat, saling merawat alam. Merekapun berjalan kaki sampai dirumah Rina selama satu jam, dan berhenti di depan rumah Rina.
Rina : Kita telah menyelesaikan tugas kita dan kita mendapatkan pengalaman baru. Kita harus terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Reni : Ya, betul. Kami merasa bahagia, karena dapat mengingatkan orang lain untuk mencintai alam. Aku merasa lelah dan ingin pulang.
Santi : Pelajaran berharga kemarin dan hari ini jangan dilupakan.
Siti : Mari kita tingkatkan rasa cinta terhadap alam dan sesamanya. Terima kasih kawan-kawan. Selamat pulang ke rumah masing-masing!
Reni, Santi : Aku pulang ya! Selamat bertemu di sekolah besok!
Rina : Ya, Selamat jalan! Beristirahatlah yang banyak dan cukup waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar